Kamis, 25 September 2014

CERITA RAKYAT AJISAKA



CERITA RAKYAT AJISAKA
Dikisahkan, pada sekitar abad ke 7 Masehi, daerah grobogan termasuk dalam wilayah kerajaan medang Kamolan yang diperintah oleh Dinasti Sanjaya atau Syailendra. Salah seorang raja dari dinasti ini adalah Dewata Cengkar, seorang yang konon amat gemar makan daging manusia.
Karena kesukaan Dewata Cengkar yang aneh tersebut, membuat rakyat merasa ketakutan. Mereka tidak ingin menjadi santapan sang raja yang haus darah itu.
Berbagai cara dilakukan untuk melawan Dewata Cengkar, tetapi semuanya sia sia saja. Tak ada seorang pun yang bisa mengalahkan kesaktian Dewata Cengkar.
Beberapa waktu kemudian munculah Ajisaka seorang pengembara, yang merasa prihatin dengan penderitaan yang dialami oleh rakyat. Ajisaka pun kemudian berusaha untuk menghentikan kebiasaan Dewata Cengkar. Dengan disaksikan oleh ribuan pasang mata, Ajisaka pun menantang adu kesaktian dengan Dewata Cengkar.
Banyak orang yang meragukan kemampuan Ajisaka, mengingat tubuhnya yang kecil. “hahahaha kau yakin mau menantangku, anak  muda?” tawa Dewata Cengkar membahana. Ajisaka tersenyum sambil menghanturkan sembahnya. Dewata Cengkar mengerutkan keningnya. Dipandanginya Ajisaka dari atas ke bawah. Ia berputar mengelilingi Ajisaka.
“baiklah kuterima tantanganmu      . Tapi dengan syarat,” putus Dewata Cengkar.
“jika kau mampu mengalahkanku, aku akan member hadiah separuh kerajaanku. Tapi jika kau kalah, maka aku akan memakan tubuhmu. Bagaimana?”
Sambil menyembah takzim, Ajisaka pun menyanggupi syarat yang diberikan. Ia pun memberikan permintaan terakhir. Jika ia kalah dan tubuhnya dimakan oleh Dewata Cengkar, Ajisaka memohon agar tulang tulangnya nanti ditanam dalam tanah seukuran lebar ikat kepalanya. Tentu saja Dewata Cengkar segera menyaggupi. Ia sama sekali tidak menduga bahwa ikat kepala Ajisaka itu adalah ikat kepala yang mengandung kesaktian. Ajisaka pun segera melepas ikat kepalanya dan kemudian menggelarnya di atas tanah.
Ajaib, ikat kepala itu menjadi melebar. Dewata Cengkar pun menggeser tempat berdirinya. Hal itu berlangsung terus seiring dengan melebarnya ikat kepala Ajisaka. Hingga akhirnya Dewata Cengkar pun tercebur di laut selatan. Namun Dewata Cengkar tidak mati, sebaliknya tubuhnya kemudain menjelma menjadi bajul (buaya putih).
Sepeninggal Dewata Cengkar, rakyat kemudian menobatkan Ajisaka menjadi raja di Medang Kamolan dengan gelar Prabu Jaka atau Prabu Anom Ajisaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar